1. Enam alasan mengapa sistem informasi sangat penting bagi kegiatan dakwah
1) Dakwah dengan menggunakan media sistem informasi memudah kita untuk menyiarkan dakwah, menggunakan media internet, media facebook, twitter, blog, dan semaua bisa di akses secara mudah dan cepat.
2) Suatu sistem informasi sudah banyak digunakan oleh masyarakat luas sehingga mudah di akses olah masyarakat luas .
3) Dengan adanya sistem informasi penyampaian pesan akan semakin mudah karena sitem informasi sudah semakin canggih dan dapt dengan mudah di akses oleh semua kalangan masyarakat.
4) Kegiatan dakwah dengan menggunakan system informasi lebih praktik dan simple
5) Dakwah dengan menggunakan teknologi system informasi khususnya internet lebih mudah di akses oleh sebagian masyarakat karena keunggulannya yang tidak turn-off sepanjang masa.
6) Dapat di control setiap saat dan di perbaharui setiap saat.
2. Pengertian Sistem informasi Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien.
Selain itu, sistem informasi bias diartikan sebagai kumpulan antara sub-sub sistem yang salaing berhubungan yang membentuk suatu komponen yang didalamnya mencakup input-proses-output yang berhubungan dengan pengolaan informasi (data yang telah dioleh sehingga lebih berguna bagi user).
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh system informasi adalah pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan perumusan kebijakan.
3. Dampak internet terhadap dakwah adalah
Representasi dakwah di Internet semakin terakomodir dengan semakin berkembangnya teknologi multimedia melalui World Wide Web (WWW). Sebenarnya, perkembangan teknologi internet yang web enable inilah yang banyak menyokong popularitas Internet sejak awal tahun 90-an yang lalu.
Dengan teknologi WWW ini penampilan informasi dan pengetahuan dapat dirancang dalam berbagai format multimedia yang lebih atraktif dan menarik. Tidak cuma teks, namun gambar, suara dan videopun sudah bisa ditampilkan diweb. Tidak Cuma informasi yang pasif namun streaming audio dan video pun sudah bisa dilakukan dengan adanya integrasi teknologi penyiaran radio melalui medium Internet. Sebagai contoh, Radio Al Islam Mesir sudah melakukan streaming audio Al Qur’an dimana suara orang mengaji akan terdengar 24 jam penuh sepanajng hari setiap kali kita mengklik ke ayat yang ingin kita dengarkan (Lihat juga http://www.myquran.com/alquran). Islamicity.com dan islamonline.net menyediakan wawancara eksklusif secara berkala dengan ulama-ulama dan pakar Islam Internasional seperti DR.
Yusuf Qaradhawi, John L. Esposito, dan ulama serta pakar Islam lainnya baik untuk menyatakan fatwa maupun untuk menyatakan pendapat keilmuan mengenai suatu masalah. Tidak jarang dilakukan juga obrolan real time (chatting) dengan para pakar dan ulama ini untuk menyikapi berbagai masalah yang muncul di dunia Islam. Tragedi 911 WTC dan serangan AS ke Afghanistan yang baru lalu merupakan contoh topik yang banyak dibincangkan di situs-situs Islam.
Tidak jarang munculnya situs-situs Islam ini membuat gerah pemerintah AS. Contohnya, situs azzam.com yang sangat vokal sempat disweeping dan kemudian dituduh oleh AS sebagai situs propaganda Usamah Bin Laden. Di Texas AS suatu perusahaan web hosting (tempat menyewakan ruang server untuk publikasi di Internet) digrebek dan dibredel FBI karena menyediakan tempat untuk sekitar 200 situs Islam yang dituduh berkaitan dengan jaringan terorisme internasional.
Di Indonesia situs-situs Islam mulai marak sekitar awal tahun 1999. Situs myquran.com, al-islam.or.id, laskarjihad.or.id, kisdi.or.id, pesantrenvirtual.com, iiman.co.id, hidayatullah.com, republika.co.id dan banyak lagi yang lainnya mulai menyemarakkan Internet dengan berbagai format sajian. Perkembangannya kemudian semakin pesat di tahun 2000-an dengan masuknya berbagai investasi asing di Indonesia yang berhubungan dengan Internet. Format penampilan pun berbeda-beda bahkan semakin tersegmentasi sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat.
Myquran.com menampilkan situs komunitas kolaboratif dimana pengunjung situs dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada seperti Al Qur’an online, direktori situs islam, forum diskusi, chatroom, berita serta artikel dan berbagai sarana interaktif lainnya yang disumbangkan oleh para pengunjung dan anggotanya. Sasarannya adalah pemakai internet usia 17 sampai 35 tahun yang merupakan segmen pemakai Internet terbesar dewsa ini. Situs pesantrenvirtual.com yang dikelola oleh para santri virtual bimbingan KH. Mustopha Bisri merupakan contoh lain situs Islam yang menyajikan berbagai hasil konsultasi virtual dengan Pengelola Pesantren. Situs ini awalnya merupakan komunitas milis yang kemudian di-online-kan menjadi situs. PadhangMbulan.com merupakan contoh lain situs yang lahir dari komunitas milis yang dikelola oleh Budayawan Emha Aiunun Najib. Kecenderungan yang demikian tentunya menggembirakan bagi dunia Islam.
4. Dakwah virtual merupakan sebuah aktivitas penyampai pesan yang menyisipkan unsur-unsur dakwah, dengan menggunakan forum di mana para anggotanya saling bebas berhubungan dengan mengeluarkan pendapat. Namun hal ini dalam konteks ruang maya (cyberspace). Komunitas virtual ini, meliputi sekelompok orang yang melakukan komunikasi atau berinteraksi melalui multimedia.
Di dalam suatu kegiatan tersebut (dakwah virtual) tentunya kita dapat share apa saja baik itu pengalaman sebagai salah satu contoh nya yang tentunya masih banyak lagi yang dapat di bagi atau berdiskusi tentang suatu masalah yang nyata atau yang terjadi di dalam kehidupan dunia virtual itu sendiri.
Banyaknya orang bergabung di dalam dunia virtual itu dapat dikarenakan mereka sudah bosan dengan dunia nyata yang lebih virtual daripada dunia virtual itu sendiri maka mereka menciptakan dunia sendiri agar merasa nyaman.
Sangat terasa manfaat internet untuk dunia komunikasi melalui dunia virtual dengan berbagai fasilitas yang di tawarkan hanya tinggal bagaimana cara memanfaatkan nya saja ke arah positif dan negatif nya.
Penemuan teknologi internet ini bisa disejajarkan dengan penemuan listrik dan mesin cetak, bahkan pengaruhnya mungkin lebih besar lagi dalam kehidupan kita sehari-hari pada era kekinian. Teknologi internet mampu menciptakan wahana dunia alternatif, yaitu: dunia virtual. Sebuah dunia instan yang plug and play, hanya dengan modal koneksi internet kita bisa muncul menjadi karakter dan sosok baru, yang sangat lain dibandingkan dengan sosok nya di dunia riil. Model interaksi pada komunitas dunia virtual tentu sangat beda di bandingkan dengan di dunia nyata, dan dengan mantra saktinya dunia virtual ini akan terus mereproduksi berbagai fenomena sosial, ekonomi dan politik dengan label virtual.
Yang jelas seiring dengan makin banyak dan bervariasinya content di internet serta meningkatnya para netter (baca: pengguna internet), maka semakin lama internet menjadi sebuah kebutuhan pokok, terutama untuk mencari informasi dan perkembangan kekinian untuk networking. Kelebihan internet sebagai sumber segala sumber informasi, dengan “mbah google” nya sudah tidak perlu disangsikan lagi.
Bahkan perkembangan terakhir sebagai sarana virtual networking, dengan Facebook sebagai leader nya, seakan kita terbius dengan dunia virtual ini.
Manfaat melakukan dakwah virtual
1. Memecahkan persoalan materialisme dan konsumenisme lewat dakwah virtual kita dapat mengetahui semua yang ada di dunia ini. Bila membutuhkan sebuah bacaan tidak perlu pergi ke majlis ta`lim tapi cukup browsing internet.
2. Mengurangi konflik sosial, ekonomi dan politik. Bila didunia nyata, interaksi individu sering memunculkan konflik sedangkan pada dunia maya munculnya konflik sangat sedikit sekali.
3. Memecahkan persoalan kebebasan dan demokrasi. Cyberspace menjadi sebuah public sphere yang ideal dan tidak ditemukan dalam kehidupan nyata.
5. Dampak komputer dan sistem informasi terhadap kualitas dakwah
a. Sistem informasi membantu untuk memaksimalkan fungsi-fungsi bidang dakwah.
b. Sistem informasi membantu melaksanakan kegiatan dakwah yang objektif dan tidak kaku.
c. Agar informasi dakwah mudah dan cepat tersampaikan.
d. Sistem informasi merupakan sarana dan alat untuk menggambarkan secara faktual mengenai kondisi dan situasi internal maupun eksternal.
e. Untuk ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam)
f. Untuk ukhuwah Insaniyah (persaudaraan sesama manusia)
g. Untuk ukhuwah Wathoniah (persaudaraan dengan bangsa lain).
6. LAN (Local Area Network)
LAN adalah sejumlah komputer yang dihubungkan bersama di dalam suatu areal tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor atau gedung. LAN tersusun dari beberapa elemen dasar yang meliputi komponen hardware dan software, yaitu :
1. Komponen Fisik
Komponen LAN yang terdiri dari Personal Computer (PC), Network Interface Card (NIC), kabel, dan topologi jaringan.
2. Komponen Software
Komponen LAN yang terdiri dari Sistem Operasi Jaringan, Network Adapter Driver dan protocol jaringan.
7. Topologi Jaringan
Tujuan utama dari dibangunnya suatu jaringan komputer adalah menghubungkan jaringan-jaringan yang telah ada dalam jaringan tersebut sehingga informasi dapat ditransfer dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Topologi menggambarkan struktur dari suatu jaringan atau bagaimana sebuah jaringan didesain. Atau dengan kata lain, Topologi jaringan bisa diartikan, Cara menghubungkan komputer satu dengan komputer lainnya sehingga membentuk jaringan.
Topologi jaringan topologi terbagi menjadi dua, yaitu topologi fisik (physical topology) yang menunjukan posisi pemasangan kabel secara fisik dan topologi logik (logical topology) yang menunjukan bagaimana suatu media diakses oleh host.
Topologi fisik yang umum digunakan dalam membangun sebuah jaringan adalah:
1. Topologi Bus (Bus Topology)
Menggunakan satu segment (panjang kabel) backbone, yaitu yang menyambungkan semua host secara langsung.
Kelebihan :
• Hemat kabel layout kabel sederhana mudah dikembangkan
Kekurangan :
• Deteksi & isolasi kesalahan sangat kecil kepadatan lalu lintas bila salah satu client rusak maka jaringan tidak bisa berfungsi
• Diperlukan repeater untuk jarak jauh
2. Topologi Ring/Cincin (Ring Topology)
Menghubungkan satu host ke host setelah dan sebelumnya. Secara fisik jaringan ini berbentuk ring (lingkaran).
Kelebihan :
• Hemat kabel
Kekurangan :
• Peka kesalahan pengembangan jaringan lebih kaku.
3. Topologi Star (Star Topology)
Menghubungkan semua kabel pada host ke satu titik utama. Titik ini biasanya menggunakan Hub atau Switch.
Kelebihan :
• Kerusakan pada satu saluran hanya akan mempengaruhi jaringan pada saluran tersebut & station yg terpaut
• Tingkat keamanan termasuk tinggi
• Tahan terhadap lalulintas jaringan yg sibuk
• Penambahan & pengurangan station dapat dilakukan dengan mudah
tidak mengganggu bagian jaringan lain
• kontrol terpusat
• kemudahan deteksi & isolasi kesalahan kerusakan
• kemudahan pengelolaan jaringan
Kekurangan :
• Jika node tengah mengalami kerusakan,maka seluruh jaringan akan terhenti
• Boros kabel perlu penanganan khusus
Penanganan :
• Perlunya disiapkan node tengah cadangan
4. Topologi Extended Star (Extended Star Topology)
Merupakan perkembangan dari topologi star. Memiliki beberapa titik yang terhubung ke satu titik utama.
5. Topologi Hirarki/Pohon (Hierarchical Topology)
Dibuat mirip dengan topologi extended star. Sistem dihubungkan ke komputer yang mengendalikan trafik pada topologi.
6. Topologi Mesh (Mesh Topology)
Menghubungkan satu titik ke titik yang lainnya. Kondisinya di mana tidak ada hubungan komunikasi terputus secara absolut antar node komputer.
Kelebihan :
• Apabila ada salah satu jalur pada komputer putus,komputer lain masih dapat berhubungan dengan jalur lain
• Setiap komputer mempunyai jalur2 sendiri dg komputer lain,sehingga tidak akan terjadi collision domain
Kekurangan :
• Penggunaan ethernet & kabel yg banyak sehingga dibutuhkan dana yg banyak
Topologi Logik pada umumnya terbagi mejadi dua tipe, yaitu :
1. Topologi Broadcast/Ethernet
Secara sederhana dapat digambarkan yaitu suatu host yang mengirimkan data kepada seluruh host lain pada media jaringan.
2. Topologi Token Passing
Mengatur pengiriman data pada host melalui media dengan menggunakan token yang secara teratur berputar pada seluruh host. Host hanya dapat mengirimkan data hanya jika host tersebut memiliki token. Dengan token ini, collision dapat dicegah.
3. Topologi FDDI (Fiber Distributed Data Interchange)
Menggunakan kabel fiber optik dan bekerja berdasarkan dua ring konsentrik, masing-masin berkecepatan 1200 mbps dengan menggunakan skema token passing. Salah satu ring dapat berfungsi sebagai backup atau dibuat menjadi pengirim saja (mengirim dan menerima data dalam arah yang berbeda).
Faktor – faktor yang perlu mendapat pertimbangan untuk pemilihan topologi adalah sebagai berikut :
1. Biaya, Sistem apa yang paling efisien yang dibutuhkan dalam organisasi.
2. Kecepatan, Sampai sejauh mana kecepatan yang dibutuhkan dalam sistem.
3. Lingkungan, Misalnya listrik atau faktor – faktor lingkungan yang lain, yang berpengaruh pada jenis perangkat keras yang digunakan.
4. Ukuran, Sampai seberapa besar ukuran jaringan. Apakah jaringan memerlukan fileserver atau sejumlah server khusus.
5. Konektivitas, Apakah pemakai yang lain yang menggunakan komputer laptop perlu mengakses jaringan dari berbagai lokasi.
8. Pengertian (MAN) (WAN) Modem 3G
Metropolitan Area Network (MAN)
MAN pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel
Wide Area Network (WAN)
WAN jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.
Modem
Modem merupakan singkatan dari Modulator – DEModulator, sesuai dengan fungsinya yaitu melakukan modulasi (merubah pulsa biner menjadi sinyal analog) dan demodulasi. Dalam komunikasi data selalu diperlukan sepasang modem yang masing-masing dipasang di pemancar dan penerima.
3 G
3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology atau biasa dibaca: triji. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel (wireless).
3G atau third generation adalah istilah yang digunakan untuk sistem komunikasi mobile generasi selanjutnya. Sistem ini akan memberikan pelayanan yang lebih baik dari apa yang ada sekarang, yaitu pelayanan suara,text dan data.
Jasa layanan yang diberikan oleh 3G ini adalah Jasa pelayanan Video, akses ke multimedia dan mobile Internet kecepatan tinggi, adalah beberapa kemungkinan yang akan didapat oleh konsumen pada masa yang akan datang. Sistem 3rd Generation akan memperbesar kemungkinan2 pada sistem komunikasi dan informasi.
Keuntungan utama adalah sistem ini akan menawarkan pelayanan dengan kapabilitas high-end, yang mana termasuk peningkatan kapasitas, kualitas dan data rate dari apa yang ada sekarang. Juga akan dapat melakukan pemakaian serentak dari beberapa jasa pelayanan.
Sistem 3rd Generation juga akan menjembatani celah yang ada antara dunia wireless dan dunia computer/internet.
9. Komputer begitu banyak kelemahannya, adapun penyebabnya adalah kurangnya keamanan komputer itu sendiri. Adapun sasaran keamanan computer antara lain adalah sebagai perlindungan informasi terhadap pencurian atau korupsi, atau pemeliharaan ketersediaan, seperti dijabarkan dalam kebijakan keamanan. isi dari keamanan komputer itu antara lain :
1. Security Hole
Merupakan Celah dari keamanan system/ mesin , hal tersebut disebabkan karena adanya kelemahan-kelemahan di dalam:
• kebijaksanaan jaringan suatu perusahaan (Policy Vulnerabilities),
• konfigurasi suatu sistem (Configuration Vulnerabilities)
• teknologi yang digunakan (Technology Vulnerabilities).
Kelemahan-kelemahan itu biasanya dimanfaatkan untuk menyusup ke dalam suatu jaringan komputer tanpa diketahui pengelolanya. Beberapa masalah yang bisa timbul antara lain adalah:
• Packet Sniffing,
• Identity Spoofing,
• Data Theft,
• Data Alteration.
Selain hal tersebut di atas, masih banyak lagi masalah-masalah yang dapat timbul dari lemahnya sekuriti suatu jaringan. Ping-of-Death adalah salah satu cara untuk membuat suatu sistem menjadi crash, dengan mengirimkan ping dari suatu remote machine.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, maka dibutuhkan solusi-solusi yang tepat dalam pengimplementasian teknologi jaringan. Jalur komunikasi yang akan dipakai harus benar-benar terjamin keamanan dan kehandalannya.
Diantara solusi untuk menyelesaikan permasalahan security ini adalah melalui:
1. Tunneling protocol,
2. IPSec,
3. Identification process.
4. Attaccks, Service, dan mechanisms
5.
3 macam keamanan sistem, yaitu :
1. Keamanan eksternal atau external security
Berkaitan dengan pengamanan fasilitas komputer dari penyusup dan bencana seperti kebakaran atau kebanjiran.
2. Keamanan interface pemakai / user interface security
Berkaitan dengan indentifikasi pemakai sebelum pemakai diijinkan mengakses program dan data yang disimpan.
3. Keamanan internal / internal security
Berkaitan dengan pengamanan beragam kendali yang dibangun pada perangkat keras dan sistem operasi yang menjamin operasi yang handal dan tak terkorupsi untuk menjaga integritas program dan data.
2 masalah penting keamanan, yaitu :
1. Kehilangan data / data loss
Yang disebabkan karena :
• Bencana, contohnya kebakaran, banjir, gempa bumi, perang, kerusuhan, tikus, dll.
• Kesalahan perangkat keras dan perangkat lunak, contohnya ketidak berfungsinya pemroses, disk / tape yang tidak terbaca, kesalahan komunikasi, kesalahan program / bugs.
• Kesalahan / kelalaian manusia, contohnya kesalahan pemasukkan data, memasang tape / disk yang salah, kehilangan disk / tape.
2. Penyusup / intruder
• Penyusup pasif, yaitu yang membaca data yang tidak terotorisasi
• Penyusup aktif, yaitu mengubah data yang tidak terotorisasi.
Contohnya penyadapan oleh orang dalam, usaha hacker dalam mencari uang, spionase militer / bisnis, lirikan pada saat pengetikan password.
Sasaran keamanan adalah menghindari, mencegah dan mengatasi ancaman terhadap sistem.
3 Aspek kebutuhan keamanan sistem komputer, yaitu :
1. Kerahasiaan / secrecy, diantaranya privasi.
Keterjaminan bahwa informasi di sistem komputer hanya dapat diakses oleh pihak-pihak yang terotorisasi dan modifikasi tetap menjaga konsistensi dan keutuhan data di system.
2. Integritas / integrity
Keterjaminan bahwa sumber daya sistem komputer hanya dapat dimodifikasi oleh pihak-pihak yang terotorisasi
3. Ketersediaan / availability
Keterjaminan bahwa sumber daya sistem komputer tersedia bagi pihak-pihak yang diotorisasi saat diperlukan.
Tipe ancaman terhadap keamanan sistem komputer dapat dimodelkan dengan memandang fungsi system komputer sebagai penyedia informasi. Berdasarkan fungsi ini, ancaman terhadap sistem komputer dikategorikan menjadi 4 ancaman, yaitu :
1. Interupsi / interruption
Sumber daya sistem komputer dihancurkan / menjadi tak tersedia / tak berguna. Merupakan ancaman terhadap ketersediaan. Contohnya penghancuran harddisk, pemotongan kabel komunikasi.
2. Intersepsi / interception
Pihak tak diotorisasi dapat mengakses sumber daya. Merupakan ancaman terhadap kerahasiaan. Pihak tak diotorissasi dapat berupa orang / program komputeer. Contohnya penyadapan, mengcopy file tanpa diotorisasi.
3. Modifikasi / modification
Pihak tak diotorisasi tidak hanya mengakses tapi juga merusak sumber daya. Merupakan ancaman terhadap integritas. Contohnya mengubah nilai file, mengubah program, memodifikasi pesan
4. Fabrikasi / fabrication
Pihak tak diotorisasi menyisipkan / memasukkan objek-objek palsu ke sistem. Merupakan ancaman terhadap integritas. Contohnya memasukkan pesan palsu ke jaringan, menambah record file.
Upaya pengamanan proteksi password :
a. Salting, menambahkan string pendek ke string password yang diberikan pemakai sehingga mencapai panjang password tertentu.
b. One time password, pemakai harus mengganti password secara teratur, misalnya pemakai mendapat 1 buku daftar password. Setiap kali login pemakai menggunakan password berikutnya yang terdapat pada daftar password.
c. Satu daftar panjang pertanyan dan jawaban, sehingga pada saat login, komputer memilih salah satu dari pertanyaan secara acak, menanyakan ke pemakai dan memeriksa jawaban yang diberikan.
d. Tantangan tanggapan / chalenge respone, pemakai diberikan kebebasan memilih suatu algoritma misalnya x3, ketika login komputer menuliskan di layar angka 3, maka pemakai harus mengetik angka 27.
10. Pengertian dan perbedaan malware, virus, worm, trojan
“‘Malware” adalah program komputer yang di ciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu dari penciptanya dan merupakan program yang mencari kelemahan dari software.Umumnya Malware diciptakan untuk membobol atau merusak suatu software atau operating sistem.
Berikut ini mungkin dapat membantu, definisi menurut Wikipedia:
Malware (a portmanteau of “malicious software”) is software designed to infiltrate or damage a computer system, without the owner’s consent. The term describes the intent of the creator, rather than any particular features. Malware is commonly taken to include computer viruses, Trojan horses, and spyware. In law, malware is sometimes known as a computer contaminant, for instance in the legal codes of California, Virginia, and several other U.S. states. Malware is sometimes pejoratively called scumware. Malware should not be confused with defective software, that is, software which has a legitimate purpose but contains errors or bugs.
Berikut adalah contoh dari malware dan keterangannya -=Virus=- Inilah istilah yang sering dipakai untuk seluruh jenis perangkat lunak yang mengganggu computer. Bias jadi karena inilah tipe malware pertama yang muncul. Virus bisa bersarang di banyak tipe file. Tapi boleh dibilang, target utama virus adalah file yang bisa dijalankan seperti EXE, COM dan VBS, yang menjadi bagian dari suatu perangkat lunak.
Boot sector juga sering dijadikan sasaran virus untuk bersarang. Beberapa file dokumen juga bisa dijadikan sarang oleh virus. Penyebaran ke computer lain dilakukan dengan bantuan pengguna computer. Saat file yang terinfeksi dijalankan di computer lain, kemungkinan besar computer lain itu akan terinfeksi pula. Virus mencari file lain yang bisa diserangnya dan kemudian bersarang di sana. Bisa juga virus menyebar melalui jaringan peer-to-peer yang sudah tak asing digunakan orang untuk berbagi file.
-=Worm=- Worm alias cacing, begitu sebutannya. Kalau virus bersarang pada suatu program atau dokumen, cacing-cacing ini tidak demikan. Cacing adalah sebuah program yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan sarang untuk menyebarkan diri. Hebatnya lagi, cacing bisa saja tidak memerlukan bantuan orang untuk penyebarannya. Melalui jaringan, cacing bisa “bertelur” di computer-komputer yang terhubung dalam suatu kerapuhan (vulnerability) dari suatu system, biasanya system operasi. Setelah masuk ke dalam suatu computer, worm memodifikasi beberapa pengaturan di system operasi agar tetap hidup. Minimal, ia memasukkan diri dalam proses boot suatu computer. Lainnya, mungkin mematikan akses ke situs antivirus, menonaktifkan fitur keamanan di system, dan tindakan lain.
-=Wabbit=- Istilah ini mungkin asing, tapi memang ada malware tipe ini. Seperti worm, wabbit tidak membutuhkan suatu program dan dokumen untuk bersarang. Tetapi berbeda dengan worm, wabbit tidak membutuhkan suatu program dan dokumen untuk bersarang. Tetapi berbeda dengan worm yang menyebarkan diri ke computer lain menggunakan jaringan, wabbit menggandakan diri secara terus-menerus didalam sebuah computer local dan hasil penggandaan itu akan menggerogoti system.
Kinerja computer akan melambat karena wabbit memakan sumber data yang lumayan banyak. Selain memperlambat kinerja computer karena penggunaan sumber daya itu, wabbit bisa deprogram untuk memiliki efek samping yang efeknya mirip dengan malware lain. Kombinasi-kombinasi malware seperti inilah yang bisa sangat berbahaya.
-=Keylogger=- Hati-hati kalau berinternet di warnet. Bisa saja pada computer di warnet itu diinstall suatu perangkat lunak yang dikenal dengan istilah keylogger yang mencatat semua tekanan tombol keyboard. Catatan yang disimpan dalam suatu file yang bisa dilihat kemudian itu lengkap. Di dalamnya bisa terdapat informasi seperti aplikasi tempat penekanan tombol dilakukan dan waktu penekanan.
Dengan cara ini, seseorang bisa mengetahui username, oven dan berbagai informasi lain yang dimasukkan dengan cara pengetikan. Pada tingkat yang lebih canggih, keylogger mengirimkan log yang biasanya berupa file teks itu ke seseorang. Tentu saja itu dilakukan tanpa sepengetahuan si korban.
Pada tingkat ini pula keylogger bisa mengaktifkan diri ketika pengguna computer melakukan tindakan tertentu. Misalnya begini. Ketika pengguna computer membuka situs e-banking, keylogger aktif dan mencatat semua tekanan pada keylogger aktif dan mencatat semua tekanan pada keyboard aktif dan mencatat semua tekanan pada keyboard di situs itu dengan harapan nomor PIN dapat dicatat.
Keylogger ini cukup berbahaya karena secanggih apa pun enkripsi yang diterapkan oleh suatu website, oven tetap dapat diambil. Pasalnya, oven itu diambil sebelum sempat dienkripsi oleh system. Jelas dong. Keylogger merekam sesaat setelah oven diketikkan dan belum diproses oleh system.
-=Browser Hijacker=- Browser hijacker mengarahkan browser yang seharusnya menampilkan situs yang sesuai dengan alamat yang dimasukkan ke situs lain. Itu contoh paling parah dari gangguan yang disebabkan oleh browser hijacker. Contoh lain yang bisa dilakukan oleh pembajak ini adalah menambahkan bookmark, mengganti home page, serta mengubah pengaturan browser. Bicara mengenai browser di sini boelh yakin 100% browser yang dibicarakan adalah internet explorer. Selain karena internet explorer adalah buatan Microsoft, raksasa penghasil perangkat lunak yang produknya sering dijadikan sasaran serangan cracker.
Internet explorer adalah browser yang paling banyak digunakan orang berinternet. Tak heran, internet explorer telah menyatu dengan Windows, system operasi milik Microsoft yang juga banyak diserbu oleh cracker. –
=Troya=- Troya (Trojan) adalah malware yang seolah-olah merupakan program yang berguna, yang menghibur, yang menyelamatkan, padahal di balik itu, ia merusak. Kuda ini bisa ditunggangi oleh malware lain seperti seperti virus, worm, spyware. Troya dapat digunakan untuk menyebarkan atau mengaktifkan mereka.
-=Spyware=- Spyware adalah perangkat lunak yang mengumpulkan dan mengirim informasi tentang pengguna computer tanpa diketahui oleh si pengguna itu. Informasinya bisa yang tidak terlampau berbahaya seperti pola berkomputer, terutama berinternet, seseorang sampai yang berbahaya seperti nomor kartu kredit, PIN untuk perbankan elektronik (e-banking) dan oven suatu akun. Informasi tentang pola berinternet, telah disebutkan, tidak terlampau berbahaya. Situs yang dikunjungi, informasi yang kerap dicari, obrolan di ruang chat akan dimata-matai oleh si spyware.
Selanjutnya, informasi itu digunakan untuk menampilkan iklan yang biasanya berupa jendela pop-up. Iklan itu berhubungan dengan kebiasaan seseorang berinternet. Misalnya kerap kali seseorang mencari informasi mengenai kamera digital. Jendela pop-up yang muncul akan menampilkan, misalnya situs yang berdagang kamera digital. Adware adalah istilah untuk spyware yang begini.
Penyebaran spyware mirip dengan Trojan. Contohnya, flashget. Ketika flashget yang dipakai belum deregister, flashget bertindak sebagai spyware. Coba saja hubungkan diri ke internet, jalankan flashget yang belum deregister, cuekin computer beberapa saat, pasti muncul jendela internet explorer yang menampilkan iklan suatu situs.
=Backdoor=- Ini namanya main belakang. Kepingin cepat dapat Surat Izin mengemudi. Dari pada lewar prosedur standar yang mengharuskan test ini dan test itu, mendingan siapkan duit buat nyogok aparat. SIM cepat di dapat tanpa antre lama, tanpa test ini dan itu. Tidak berbeda dengan dengan contoh bikin SIM tadi, dengan melanggar prosedur, malware berusaha masuk ke dalam system untuk mengakses sumber daya serta file. Berdasarkan cara bekerja dan perilaku penyebarannya, backdoor dibagi menjadi 2 grup.
Grup pertama mirip dengan Troya. Mereka secara manual dimasukkan ke dalam suatu file program pada perangkat lunak dan kemudian ketika perangkat lunak itu diinstall, mereka menyebar. Grup yang kedua mirip dengan worm. Backdoor dalam grup ini dijalankan sebagai bagian dari proses boot. Ratware adalah sebutan untuk backdoor yang mengubah computer menjadi zombie yang mengirim spam. Backdoor lain mampu mengacaukan lalu lintas jaringan, melakukan brute force untuk meng-crack oven dan enkripsi., dan mendistribusikan serangan distributed denial of service.
-=Dialer=- Andaikat computer yang digunakan, tidak ada hujan atau badai, berusaha menghubungkan diri ke internet padahal tak ada satu pun perangkat lunak yang dijalankan membutuhkan koneksi, maka layaklah bercuriga. Computer kemungkinan telah terjangkit oleh malware yang terkenal dengan istilah dialer. Dialer menghubungkan computer ke internet guna mengirim kan informasi yang didapat oleh keylogger, spyware tau malware lain ke si seseorang yang memang bertujuan demikian. Dia dan penyedia jasa teleponlah yang paling diuntungkan dengan dialer ini.
-=Exploit dan rootkit=- Kedua perangkat ini bisa dibilang malware bisa pula tidak. Kenapa begitu? Penjelasanya kira-kira begini. Exploit adalah perangkat lunak yang menyerang kerapuhan keamanan (security vulnerability) yang spesifik namun tidak selalu bertujuan untuk melancarkan aksi yang tidak diinginkan.
Banyak peneliti keamanan computer menggunakan exploit untuk mendemonstrasikan bahwa suatu system memiliki kerapuhan. Memang ada badan peneliti yang bekerja sama dengan produsen perangkat lunak. Peneliti itu bertugas mencari kerapuhan dari sebuah perangkat lunak dan kalau mereka menemukannya, mereka melaporkan hasil temuan ke si produsen agar si produsen dapat mengambil tindakan. Namun begitu exploit kadang menjadi bagian dari suatu malware yang bertugas menyerang kerapuhan keamanan.
Berbeda dengan exploit yang secara langsung menyerang system, rootkit tidak demikian. Rootkit dimasukkan ke dalam computer oleh penyerang setelah computer berhasil diambil alih. Rootkit berguna untuk menghapus jejak penyerangan, seperti menghapus log dan menyembunyikan proses malware itu sendiri. Rootkit juga bisa mengandung backdoor agar di hari depan nanti, si penyerang bisa kembali mengambil alih system.
Rootkit ini sulit di deteksi, pasalnya rootkit ditanam pada system operasi di level kernel, level inti system operasi. Cara terbaik yang bisa diandalkan untuk mendeteksi ada tidaknya rootkit di computer adalah dengan mematikan computer dan boot ulang tidak dengan harddisk melainkan dengan media lain seperti CD-ROM atau disket USB. Rootkit yang tidak berjalan tak dapat bersembunyi dan kebanyakan antivirus dapat mengidentifikasikannya. Produsen perangkat keamanan biasanya telah mengintegrasikan pendeteksi rootkit di produknya. Meskipun rootkit di menyembunyikan diri selama proses pemindaian berjalan, antivirus masih bisa mengenalinya. Juga bila rootkit menarik diri dari system untuk sementara, antivirus tetap dapat menemukannya dengan menggunakan deteksi “sidik jari” alias byte unik dari rootkit. Rootkit memang cerdik. Dia bisa menganalisis proses-proses yang sedang berjalan. Andai ia mencurigai suatu proses sebagai tindak tanduk antivirus, ia bisa menyembunyikan diri. Ketika prose situ selesai, ia aktif kembali.
Ada beberapa program yang bisa dipakai untuk mendeteksi adanya rootkit pada system. Rootkit detector kit, chkrootkit dan Rkhunter adalah contoh yang bisa digunakan. Artikel ini di buat untuk sedikit memberikan informasi pada anda. Salam Yudiweb... :wink: Source: Sebagian besar artikel ini di dapat dari Majalah PC+ terbitan bulan Januari.
11. keuntungan menggunakan sebuah sistem informasi dakwah
Adapun dari sudut pandang kegunaannya, teknologi informasi dan komunikasi dapat dipakai untuk mencari, membagi, menyimpan, membandingkan dan memutakhirkan informasi. Hanya saja satu hal yang perlu diperhatikan adalah karena teknologi komunikasi nota bene hasil penemuan negara maju (dalam hal ini Barat) maka harus diwaspadai juga nilai-nilai Barat yang ikut dalam teknologi komunikasi tersebut. Karena bisa jadi nilai-nilai itu tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat luar Barat (khususnya masyarakat Islam-pen).
Walaupun teknologi dapat membawa kerugian bagi umat Islam, tapi seorang muslim tidak akan (bahkan tidak boleh) bersikap apriori terhadap teknologi. Akan tetapi ia harus bersikap selektif dalam membeli atau memanfaatkan teknologi itu. Sikap muslim terhadap teknologi sangat tergantung pada daya analisisnya terhadap kedudukan teknologi di tengah-tengah agamanya. Karena menurut ajaran Islam, teknologi yang mendapat berkah hanya bisa terwujud dari aklak yang mulia, yang terjalin dalam segenap susunan masyarakt.
Oleh karena itulah, teknologi informasi dan komunikasi disamping menambah tantangan bagi dakwah juga mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam proses dakwah. Terutama karena dengan teknologi informasi dan komunikasi, dalam hal ini internet, dakwah sebagai sebuah proses komunikasi akan mendapatkan beberapa manfaat, yaitu:
1) Tidak tergantung waktu dan tempat.
Dakwah bukan lagi kegiatan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu yang terbatas. Informasi mengenai Islam bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja. Informasi tersebar di Internet, jika membutuhkannya cukup mengaksesnya. Kegiatan dakwah bisa terus terjadi dan dilakukan selama 24 jam.
2) Cakupan yang luas.
Informasi yang disebarkan di internet dapat diakses oleh banyak orang. Cakupan dari internet adalah seluruh dunia. Dakwah tidak lagi terbatas untuk kalangan tertentu saja, informasi yang kita sebarkan akan bersifat universal karena semua orang dapat membacanya.
3) Pendistribusian yang cepat.
Internet menjadi media penyebar informasi yang tercepat saat ini. Hanya dalam hitungan detik, informasi yang baru kita tuliskan sudah bisa tersebar kemana-mana.
4) Keragaman cara penyampaian.
Dengan bentuk keragaman yang ditawarkan oleh internet, mulai dari menampilkan bentuk tulisan sampai ke bentuk audio visual yang menarik, maka cara dakwah yang ditempuh dapat beragam. Keragaman ini pulalah yang membuat dakwah melalui internet dapat menjangkau banyak segmen.
12. Model system informasi dakwah
Evaluasi Sistem Informasi Manajmen Dakwah
Evaluasi adalah proses penilaian, pengukuran sejauh mana program yang telah direncanakan dapat terealisasikan dalam tiap pertemuan atau rencana serta program diukur dalam parameter keberhasilan dan kegagalan. Dengan menganalisa atau menilai melalui standar yang dibuat oleh lembaga atau organisasi dalam memberikan informasi dakwah yang disampaikannya.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secaraa obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi sebagai suatu fungsi manajemen berusaha untuk mempertanyakan efektifitas dan efensiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekalipun mengukur seobyektif hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima piahk-pihak yang mendukung suatu rencana.
Tahapan Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Dakwah:
1. Evaluasi terprogram yaitu evaluasi yang dilakukan ketika setiap ada kegiatan atau program yang dilaksanakan.
2. Evaluasi tahunan yaitu evaluasi yang dilakukan diakhir tahun tentang informasi atau data yang dikeluarkan oleh sistem informasi manajemen dakwah itu sendiri.
Secara ekplisit, pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukan tahap-tahap didlam siklus pengelolaan, yang secara umum dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Evaluasi pada tahap perencanaan, untuk menetukan segala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan, evaluasi ini adalah suatu kegiatan melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan rencana.
c. Evaluasi pada tahap pasca pelaksnaan, yang dinilai dan dianalisa adalah evaluasi hasil pelaksnaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah-Langkah Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Dakwah
1. menciptakan standar, missal standarisasi dalam informasi yang dikeluarkan
2. membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan standar
3. melakukan tindakan koreksi, koreksi dalam setiap program baik terprogram ataupun tidak terprogram
Tujuan Evauasi:
a. Kemapuan teknis
b. Pelaksanaan operasional
c. Pendayagunaan system
Analisa System Informasi Manajemen Dakwah
1. mengamati perkembangan dakwah, dilingkungan masyarakat seberapa jauh peran serta sistem informasi manajemen dakwah memberikan konstribusi informasinya dalam memberikan gagasan maupun pemberitaan yang disampaikan.
2. Membuat peta dakwah, peran serta sistem informasi manajemen dakwah dalam menyampaikan pesan-pesannya sudah tersalurkan kebeberapa segmentasi masyarakat yang ada, baik keragaman yang ada dari segi budaya, sosial, politik, dan sebagainya.
13. Karakteristik DSS dinamis untuk lingkungan bisnis dinamis
DSS yang dinamis harus memiliki karakteristik artibut sebagai berikut:
1. Harus mampu memberikan gambaran bisnis yang seimbang (balanced).
2. Mampu memberikan pandangan yang ringkas terhadap kinerja organisasi.
3. Harus multidimensional
4. Komprehensif
5. Mampu menyediakan integrasi secara vertikal maupun horizontal
6. Teringrasi dengan proses-proses bisnis
7. Mampu mengukur hasil serta pemicu kinerja.
8. Merupakan sistem yang dinamis
9. Mampu memperkaya learning & growth
10. Harus konsisten dengan teknik-teknik manajemen dan prakarsa-prakarsa
penyempurnaannya.
11. Harus lebih bisa dianggap lebih cost effective terhadap isu-isu quantification &
automation.
12. Harus proaktif
13. Harus mudah diimplementasikan.
Dari hasil penelitiannya terhadap berbagai DSS yang ada diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada satupun framework pengukuran kinerja yang mampu memenuhi semua kriteria diatas.
2. Tidak ada DSS yang dinamis.
3. Masih banyak DSS yang lebih memfokuskan pada aspek keuangan/finansial
4. Tahap desain, implementasi, dan pembaruan pengukuran masih menjadi masalah umum dalam implementasi DSS
5. Evolusi masing-masing framework DSS masih terus berlangsung
6. BSC merupakan framework yang paling populer digunakan (review tahun 2005)
7. Pertanyaan mengenai Return on Invesment (ROI) dari implementasi DSS masih merupakan pertanyaan besar yang belum terjawab.
Sistem pengelolaan kinerja merupakan sistem yang akan terus berkembang. Munculnya berbagai framework baru dan perubahan framework-framework DSS yang sudah ada akan memberikan metode-metode yang lebih baik dalam melakukan pengukuran kinerja.
Selain itu juga Karakteristik DSS dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. DSS dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur ataupun tidak terstruktur.
2. Dalam proses pengolahannya, DSS mengkombinasikan penggunaan model-model/teknik-teknik analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari/interogasi informasi.
3. DSS dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi.
4. DSS dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi, sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
Manfaat DSS:
1. DSS memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi bagi pemakainya.
2. DSS membantu pengambil keputusan dalam penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
3. DSS dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
4. DSS mampu menyajikan berbagai alternatif.
5. DSS dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.
Keterbatasan DSS:
1. Beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan.
2. Kemampuan terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang dimilikinya.
3. Proses tergantung pada peragkat lunak yang digunakan.
4. Tidak memiliki kemampuan intuisi (berpikir) seperti pada manusia.
Adapun perbedaan DSS dan ESS diantaranya adalah
1. DSS terdiri dari routine merefleksikan keyakinan manajer dalam caranya memecahkan masalah. Keputusan yang dihasilkan oleh DSS merefleksikan gaya kemampuan manajer, sebaliknya expert sistem memberikan peluang untuk mendapatkan kemampuan dalam membuat keputusan melebihi kemampuan yang dimiliki manajer.
2. Expert System mempunyai kemampuan untuk menjelaskan jalur penalaran yang diikuti pencapaian pemecahan tertentu, penjelasan mengenai bagaimana pemecahan dicapai akan lebih berguna dari pada pemecahan itu sendiri.
3. DSS menggunakan data base, ES menggunakan knowledge base DSS berbasis pada permodelan, ES berbasis pada konsultasi.
Dalam memecahkan masalah, Expert system lebih dipilih dari pada DSS bila :
• Masalah tersebut melibatkan diagnosis situasi yang kompleks / melibatkan pembutan kesimpulan / peringkasan dari volume data yang besar.
• Ada tingkat ketidaktentuan dalam aspek masalah tertentu.
• Ada kemungkinan bagi ahli manusia untuk memecahkan masalah tersebut dala jangka waktu yang wajar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azhar Susanto, Sistem Informasi Manajemen: Konsep dan Pengembangannya, Bandung: Linga Jaya, 2002.
2. John G. Strater Burch, Felix R. & Grudniski. Gary Information System, Theory and Practice. 3rd edition. John Wiley & Sons, 1983.
3. Gordon B. Davis & Margarethe H. Olson. Management Information System: Conseptual Foundations, Structure and Development. Second edition. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1984.
4. Jogiyanto, Sistem Teknologi Informasi, Andi: Yogyakarta, 2003.
5. Kroenke. Management Information System. McGraw-Hill, 1989.
6. Raymond McLeod, Management Information System. Science Research Associates Inc., 1979.
7. George M. Scott, Principles of Management Information System. McGraw-Hill, 1986.
8. Soedrajat Soegito, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka, 2003.
9. http://rahmawati-ichi.blogspot.com/2010/01/keamanan-komputer-security-computer.html
10. http://dinasucidarwati.wordpress.com/2010/10/22/karakteristik-dss-dinamis-untuk-lingkungan-bisnis-dinamis-2/
11. http://yudiweb.16.forumer.com/a/pengertian-dan-perbedaan-malware-virus-worm-trojan-dll_post106.html
12. http://hendri.staff.uns.ac.id/2009/10/topologi-jaringan-komputer/
Komunikasi
Jumat, 31 Desember 2010
Kamis, 30 Desember 2010
Ruang Ligkup Dakwah
Abstrak
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, selain berpijak pada keempat landasan tersebut juga perlu berlandaskan pada aspek pedagogis, religius dan yuridis-formal. Untuk terhidar dari berbagai penyimpangan dalam praktek layanan bimbingan dan konseling, setiap konselor mutlak perlu memahami dan menguasai landasan-landasan tersebut sebagai pijakan dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Kata kunci : bimbingan dan konseling, landasan filosofis, landasan psikologis; landasan sosial-budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
A. Pendahuluan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
.Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
B. Landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama.
Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
• Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
• Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
• Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
• Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
• Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
• Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
• Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
• Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
• Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana
yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
• Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
• Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
• Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
• Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
• Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
• Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien).
Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.
Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya.
Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat.
Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu.
Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”.
Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”.
Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh.Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.Landasan filosofis terutama berkenaan dengan upaya memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.Landasan psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang keragaman budaya.Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.Layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada keempat aspek tersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasan pedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Daftar Pustaka
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis) : Jakarta : KanisiusDepdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen Dikti
Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York : McMillan Publishing.Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : RefikaGerungan 1964. Psikologi Sosial. Bandung : PT ErescoH.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New Yuork : McGraw-Hill Book CompanyMoh. Surya. 1997..Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.———-, dkk. 2004. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.——–2003.
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, selain berpijak pada keempat landasan tersebut juga perlu berlandaskan pada aspek pedagogis, religius dan yuridis-formal. Untuk terhidar dari berbagai penyimpangan dalam praktek layanan bimbingan dan konseling, setiap konselor mutlak perlu memahami dan menguasai landasan-landasan tersebut sebagai pijakan dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Kata kunci : bimbingan dan konseling, landasan filosofis, landasan psikologis; landasan sosial-budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
A. Pendahuluan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
.Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
B. Landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama.
Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
• Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
• Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
• Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
• Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
• Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
• Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
• Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
• Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
• Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana
yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
• Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
• Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
• Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
• Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
• Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
• Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien).
Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.
Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya.
Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat.
Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu.
Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”.
Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”.
Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh.Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.Landasan filosofis terutama berkenaan dengan upaya memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.Landasan psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang keragaman budaya.Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.Layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada keempat aspek tersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasan pedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Daftar Pustaka
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis) : Jakarta : KanisiusDepdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen Dikti
Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York : McMillan Publishing.Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : RefikaGerungan 1964. Psikologi Sosial. Bandung : PT ErescoH.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New Yuork : McGraw-Hill Book CompanyMoh. Surya. 1997..Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.———-, dkk. 2004. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.——–2003.
Langganan:
Postingan (Atom)